Pelapukan – Pengertian, Macam, Faktor, Dampak dan Contoh

Posted on

Pelapukan adalah proses perubahan fisik dan kimia dari batuan dan mineral karena paparan lingkungan. Proses ini dapat terjadi secara alami dan membutuhkan waktu yang lama, dan dapat terjadi melalui berbagai mekanisme seperti pengaruh air, angin, dan organisme hidup.

Dalam pelapukan fisik, batuan dipecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil oleh mekanisme seperti perubahan suhu yang ekstrem, pergeseran tanah, dan gerakan es. Sedangkan pelapukan kimia melibatkan reaksi kimia antara batuan dan zat-zat kimia seperti air, oksigen, karbon dioksida, dan asam.

Pelapukan dapat menghasilkan mineral-mineral baru yang tidak ada di batuan asli, dan proses ini dapat membentuk ciri-ciri alam yang unik seperti formasi batuan, goa, dan puncak gunung yang tajam. Pelapukan juga dapat menghasilkan tanah dengan nutrisi yang diperkaya dari mineral-mineral baru yang dihasilkan.

Namun, pelapukan juga dapat menyebabkan kerusakan pada bahan bangunan dan infrastruktur manusia, dan dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan dan manusia melalui pelepasan bahan-bahan beracun ke dalam air tanah dan sumber daya air permukaan.

Karena pelapukan memiliki efek yang signifikan terhadap lingkungan dan manusia, pemahaman yang baik tentang proses ini penting dalam manajemen sumber daya alam dan perlindungan lingkungan.

Apa Itu Pelapukan?

Pelapukan
Pelapukan

Apa yang dimaksud dengan Pellapukan yakni merupakan sebuah proses alterasi dan fragsinasi batuan serta material tanah yang dekat pada permukaan bumi yang dakibatkan oleh proses fisik, kimia dan juga biologi. Maka hasil yang diperoleh dari pelapukan ini menjadi sebuah asal (source) atas batuan sedimen dan juga tanah (soil).

Dalam hal ini merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui mengenai sebuah proses pellapukan dengan meleburkan bebatuan atau bahkan melarutkan dari sebagian mineral yang kemudian menjadi tanah dan diendapkan agar dapat membetuk sebuah batuan sedimen klastik.

Kemudian sebagian dari mineral yang mungkin akan dapat larut dengan secara menyeluruh yang nantinya akan membentuk menjadi mineral baru. Maka dengan inilah didalam suatu studi tanah atau batuan klastika memiliki komposisi yang bisa sangat berbeda dengan batuan pada asalnya.

Sebab pada komposisi tanah tidak hanya bergantung pada batuan induk (atau asal) nya, namun juga dapat dipengaruhi oleh alam, lalu intensitas, dengan waktu yang lama (duration) dari proses pellapukan dan juga jenis pembentukan dari tanah itu sendiri.

Mengetahui Macam Macam Jenis Pelapukan

Inilah Macam Macam Jenis Pelapukan
Inilah Macam Macam Jenis Pelapukan

Dengan berdasarkan biro yang mana berperan dalam berlangsungnya sebuah proses pellapukan yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Dimana pada keketiga jenis dari prose pellapukan tersebut bekerja dengan secara bersamaan, walupun terkadang pada salah satunya lebih mayoritas daripada jenis pellapukan lainnya. Nah di bawah ini klarifikasi atas ketiga jenis pellapukan tersebut yakni sebagai berikut.

1. Pelapukan Fisika

Pelapukan Fisika
Pelapukan Fisika

Pelapukan fisik adalah proses perubahan fisik dari batuan dan mineral tanpa mengubah komposisi kimianya. Proses ini terjadi karena adanya mekanisme fisik yang memecahkan batuan menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil. Beberapa jenis pelapukan fisik antara lain:

  • Pelapukan termal: terjadi ketika batuan terpapar perubahan suhu yang ekstrem, seperti ketika terkena sinar matahari di siang hari dan kemudian terpapar udara dingin di malam hari. Akibatnya, batuan mengembang dan menyusut secara berkala sehingga memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil.
  • Pelapukan mekanik: terjadi ketika batuan terpecah karena adanya tekanan dari luar, seperti ketika ada pergerakan tanah yang kuat atau ketika terjadi gempa bumi. Pelapukan mekanik juga dapat terjadi karena adanya tumbuhan yang tumbuh di dalam celah batuan dan kemudian mengakar dan merusak batuan tersebut.
  • Pelapukan es: terjadi ketika air di dalam celah batuan membeku menjadi es dan kemudian membesar sehingga memperluas celah tersebut. Ketika es mencair, batuan terpecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil.

Proses fisik sering kali terjadi bersamaan dengan pelapukan kimia dan pelapukan biologis, karena paparan lingkungan yang sama dapat mempengaruhi batuan melalui berbagai mekanisme. Misalnya, ketika batuan terpapar air yang mengandung asam, pelapukan kimia dapat terjadi secara bersamaan dengan pelapukan mekanik ketika batuan yang sudah terkikis menjadi lebih rapuh dan mudah pecah.

Proses fisik dapat berdampak pada bentuk lahan, seperti pembentukan lereng-lereng curam dan sungai-sungai yang melewati batuan-batuan yang terkikis. Pelapukan fisik juga dapat mempengaruhi infrastruktur manusia, seperti jalan raya dan bangunan yang terletak di atas batuan yang mudah terkikis. Oleh karena itu, pemahaman tentang pelapukan fisik sangat penting bagi geolog, insinyur sipil, dan ilmuwan lingkungan lainnya.

Baca Juga :  Ilmu Ukur Tanah

2. Pelapukan Kimia

Pelapukan Kimia
Pelapukan Kimia

Proses kimia adalah proses perubahan batuan dan mineral melalui reaksi kimia dengan air, udara, atau bahan kimia lainnya di lingkungan sekitarnya. Proses ini dapat mengubah komposisi kimia dari batuan dan mineral yang terlibat, dan pada akhirnya dapat merubah struktur dan sifat fisik dari batuan. Beberapa jenis pelapukan kimia antara lain:

  • Hidrolisis: terjadi ketika air bereaksi dengan mineral dalam batuan dan membentuk senyawa kimia baru. Contoh dari hidrolisis adalah ketika air bereaksi dengan mineral feldspar dalam granit dan membentuk senyawa seperti lempung. Akibatnya, granit akan terurai menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil.
  • Oksidasi: terjadi ketika mineral dalam batuan bereaksi dengan oksigen dalam udara atau air dan membentuk senyawa kimia baru. Contoh dari oksidasi adalah ketika mineral besi dalam batuan bereaksi dengan oksigen dan membentuk senyawa seperti karat. Akibatnya, batuan yang mengandung mineral besi akan teroksidasi dan terdegradasi.
  • Karbonasi: terjadi ketika air yang mengandung karbon dioksida bereaksi dengan batuan yang mengandung kalsium, seperti batu kapur. Akibatnya, batu kapur akan terurai dan terbentuklah fragmen-fragmen yang lebih kecil.

Proses kimia dapat terjadi pada berbagai jenis batuan, seperti granit, batu kapur, batu bara, dan mineral seperti kuarsa. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan kimia adalah pH, suhu, kelembaban, dan konsentrasi zat kimia dalam lingkungan sekitarnya. Selain itu, mikroorganisme juga dapat memainkan peran dalam pelapukan kimia, seperti bakteri yang dapat membantu dalam proses oksidasi.

Proses kimia dapat berdampak pada kualitas tanah dan air, karena senyawa kimia yang terbentuk dapat mempengaruhi pH dan konsentrasi nutrien dalam tanah dan air. Pelapukan kimia juga dapat mempengaruhi ekosistem dan kehidupan hewan dan tumbuhan yang bergantung pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang pelapukan kimia sangat penting dalam ilmu lingkungan, geologi, dan agronomi.

3. Pelapukan Biologi

Pelapukan Biologi
Pelapukan Biologi

Pelapukan biologis, juga dikenal sebagai pelapukan organik, adalah proses perombakan batuan dan mineral oleh organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, dan mikroba. Proses ini melibatkan penguraian bahan organik dan membebaskan nutrien penting, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang dapat digunakan oleh organisme lain dalam ekosistem.

Beberapa contoh pelapukan biologis meliputi:

  • Dekomposisi: proses penguraian bahan organik oleh mikroba seperti bakteri dan fungi. Mikroba ini memecah senyawa organik menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti air, karbon dioksida, dan nutrien penting.
  • Biokorosi: proses penguraian mineral oleh mikroba yang dapat merubah komposisi kimia batuan. Contohnya, mikroba seperti bakteri sulfat dapat mengubah mineral besi sulfida menjadi besi oksida, yang menyebabkan batuan menjadi rapuh.
  • Bioerosi: proses pengikisan batuan oleh organisme seperti lumut, alga, dan jamur. Organisme ini dapat menempel pada permukaan batuan dan memproduksi asam organik yang dapat merusak batuan.

Proses biologis terjadi dalam berbagai lingkungan, mulai dari hutan hujan hingga gurun pasir. Organisme hidup dalam ekosistem berkontribusi pada pelapukan biologis, dan proses ini juga sangat penting dalam siklus nutrien alam. Dalam pertanian, pelapukan biologis dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman.

Namun, biologis juga dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan. Contohnya, penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian dapat mengganggu populasi mikroba yang diperlukan untuk pelapukan biologis, dan menyebabkan kerusakan pada ekosistem. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dampak dari kegiatan manusia pada pelapukan biologis dan mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pelapukan

Pelapukan merupakan proses alami yang terjadi selama ribuan tahun, namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan:

  • Iklim: iklim yang lembap dan hangat cenderung mempercepat terjadinya pelapukan karena mikroorganisme dapat berkembang biak dengan lebih cepat dan aktivitas kimia dapat terjadi dengan lebih intens.
  • Bahan induk batuan: jenis bahan induk batuan dan komposisi mineralnya dapat mempengaruhi kecepatan pelapukan. Misalnya, batuan yang kaya akan mineral seperti granit atau basalt akan lebih tahan terhadap pelapukan daripada batuan yang terdiri dari mineral yang lebih lunak seperti kapur atau batu pasir.
  • Vegetasi: tumbuhan dan akar-akar mereka dapat mempercepat terjadinya pelapukan dengan merusak batuan dan mineral dan mempercepat erosi.
  • Topografi: kemiringan permukaan dan perbedaan elevasi dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan. Permukaan yang curam cenderung lebih rentan terhadap erosi dan pelapukan daripada permukaan yang datar.
  • Waktu: pelapukan merupakan proses alami yang terjadi selama jangka waktu yang panjang. Proses ini dapat berlangsung selama ribuan tahun dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan hasil yang terlihat secara signifikan.
  • Aktivitas manusia: aktivitas manusia seperti pertambangan, konstruksi, atau penggundulan hutan dapat mempercepat terjadinya pelapukan karena merusak lingkungan dan mempercepat erosi.
Baca Juga :  Metagenesis Tumbuhan Paku

Semua faktor di atas dapat berinteraksi dan mempengaruhi terjadinya hal ini. Misalnya, iklim yang lembap dan vegetasi yang subur dapat mempercepat terjadinya pelapukan, sedangkan topografi yang curam dan aktivitas manusia dapat mempercepat erosi dan mempercepat proses pelapukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan untuk membantu mencegah dan mengelola kerusakan lingkungan.

Mengetahui Mengenai Dampak Adanya Pelapukan

Pelapukan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa dampak dari pelapukan:

  • Erosi tanah: Pelapukan dapat memicu terjadinya erosi tanah. Kehilangan lapisan tanah yang subur dapat mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi produksi tanaman.
  • Kerusakan lingkungan: Pelapukan dapat merusak lingkungan secara umum. Batuan dan mineral yang terkikis dapat memperburuk kualitas air, mempercepat erosi, dan merusak kehidupan hewan dan tumbuhan di lingkungan tersebut.
  • Kerusakan bangunan: Pelapukan juga dapat merusak bangunan. Bangunan yang terbuat dari batu atau beton dapat mengalami keretakan dan retak karena terkikis oleh pelapukan.
  • Perubahan bentuk permukaan bumi: Pelapukan dapat mengubah bentuk permukaan bumi secara signifikan. Misalnya, batuan yang diolah oleh air atau angin dapat membentuk lembah atau ngarai yang dapat membentuk lanskap yang menarik.
  • Perubahan iklim: Pelapukan dapat mempengaruhi iklim secara lokal maupun global. Batuan dan mineral yang terkikis dapat mempengaruhi aliran air dan sirkulasi udara, yang dapat mempengaruhi iklim di suatu wilayah.
  • Kehilangan sumber daya: Pelapukan dapat menghilangkan sumber daya mineral dan mineral yang berharga dari suatu wilayah. Sumber daya mineral seperti bijih besi, timah, dan tembaga dapat menipis karena pelapukan.

Oleh karena itu, penting untuk mengelola pelapukan secara bijaksana dan meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Konservasi tanah dan air, pengelolaan sumber daya mineral, dan pengembangan teknologi ramah lingkungan adalah beberapa cara untuk mengurangi dampak pelapukan.

Cara Mengatasi Pelapukan Pada Kayu dan Batu

Pelapukan pada kayu dan batu bisa diatasi dengan berbagai cara. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pelapukan pada kayu dan batu:

  • Perawatan yang teratur: Perawatan yang teratur dapat membantu mencegah pelapukan pada kayu dan batu. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan permukaan kayu dan batu secara teratur serta memberikan lapisan pelindung seperti cat atau vernis pada kayu.
  • Penggunaan bahan pelindung: Penggunaan bahan pelindung seperti cat atau pelapisan pelindung pada kayu dapat membantu melindungi kayu dari pengaruh lingkungan seperti sinar UV, air hujan, dan suhu ekstrem.
  • Pengeringan kayu: Kayu yang terlalu basah dapat memicu terjadinya pelapukan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kelembapan kayu agar tetap kering. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan menempatkan kayu di tempat yang kering dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
  • Penggunaan bahan kimia: Bahan kimia seperti fungisida dan insektisida dapat membantu melindungi kayu dari serangan jamur, rayap, dan serangga lainnya yang dapat memicu terjadinya pelapukan.
  • Perbaikan struktur bangunan: Jika pelapukan terjadi pada bagian struktur bangunan, maka perbaikan struktur tersebut perlu dilakukan. Hal ini penting untuk mencegah keretakan atau kerusakan pada bangunan yang dapat membahayakan keselamatan.
  • Perbaikan drainase: Jika pelapukan disebabkan oleh air yang tidak dapat mengalir dengan baik, maka perbaikan drainase diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat saluran air atau menambahkan kerikil pada tanah agar air dapat mengalir dengan baik.
  • Pengeboran: Pengeboran pada batu dapat membantu mencegah terjadinya pelapukan pada batu yang terletak di bawah permukaan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat batu yang rapuh dengan beton atau bahan lain yang lebih tahan lama.

Dalam menjaga kayu dan batu dari pelapukan, perlu diingat bahwa pencegahan lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, perawatan yang teratur dan penggunaan bahan pelindung sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya pelapukan pada kayu dan batu.