Pemberontakan Apra

Posted on

Pemberontakan Apra – Halo sobat ContohSoal.co.id semua.! Pada pertemuan kali ini akan ContohSoal.co.id terangkan materi tentang pemberontakan apra dengan lengkap mulai dari tujuan, akhir, latar belakang dan dampaknya. Namun dipertemuan sebelumnya ContohSoal.co.id juga telah membahas materi tentang Sejarah Bahasa Indonesia Baiklah untuk lebih jelasnya mari kita simak ulasan dibawah ini.

Pengertian Apra

Pemberontakan Apra

APRA(Angkatan Perang Ratu Adil) ialah merupakan suatu milisi dan tentara swasta pro-Belanda yang didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Latar Belakang Pemberontakan APRA

APRA terjadi setelah Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda. Dari hasil Konferensi Meja Bundar telah didapatkan suatu bentuk negara Federal untuk Indonesia dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat).

Maka dari bentuk negara tersebut merupakan sebuah proses untuk kembali ke NKRI, sebab memang hampir semua masyarakat dan perangkat pemerintahan di Indonesai tidak setuju dengan bentuk negara federal.

Namun juga tidak sedikit yang tetap menginginkan Indonesia dengan bentuk negara federal, hal ini menimbulkan banyak pemberontakan-pemberontakan atau kekacauan-kekacauan yang terjadi pada saat itu.

Dalam pemberontakan dilakukan oleh golongan tertentu yang mendapatkan dukungan dari Belanda sebab merasa takut apabila Belanda meninggalkan Indonesia maka haknya atas Indonesia akan hilang.

Tujuan Pemberontakan

Tujuan Westerling untuk membentuk APRA ialah mengganggu prosesi pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27Desember1949.

Upaya itu dihalangi oleh Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda. Kemudian tujuan lainnya ialah agar dapat mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan adanya tentara tersendiri pada negara bagian RIS.

Jalannya Pemberontakan

Pemberontakan yang dijalankan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh mantan Kapten KNIL Raymond Westerling bukanlah pemberontakan yang dilancarkan secara spontan.

Pemberontakan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.

Baca Juga :  Filsafat Pancasila

Pada 25 Desember 1949 malam, sekitar pukul20.00Westerling menghubungi Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda untuk menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden tentang rencananya untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda terhadap Indonesia.

Van Vreeden memang sudah mendengar berbagai rumor, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan, tidak terkecuali rumor mengenai pasukan yang dipimpin oleh Westerling.

adapun yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949 tersebutialah Jenderal van Vreeden dalam memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan seperti apa yang diungkapkan padanya.

Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya ialah sebuah ultimatum. Westerling menuntut agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.

Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif terkait ultimatum tersebut dalm waktu 7 hari dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar.

Ultimatum Westerling tersebut tentu menyebabkan kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di pihak Belanda dan dr. H.M.Hirschfeld dan Nederlandse H yang merupakan Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di Indonesia.

Dampak Pemberontakan

Apabila diperhatikan pada latar belakangnya dalam pemberontakan yang dilakukan oleh APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang diseketuai oleh Raymond Pierre Westerling tersebut bertujuan untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah RIS yang ingin diakui sebagai tentara Pasundan.

Dengan kata lain tujuan pemberontakan tersebut ialah untuk mempertahankan pemerintahan Republik Federal dan tidak membutuhkan adanya penyerahan kedaulatan serta adanya tentara tersendiri di negara-negara bagian RIS. Sehingga terjadilah pemberontakan APRA tersebut yang berlangsung di daerah Bandung.

Akhir Gerakan Apra

Pada saat terjadinya Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta  pada23 Januari1950 ialah merupakan sebuah peristiwa yang  di mana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang pimpinan oleh Kapten KNIL.Raymond.Westerling yang merupakan bekas mantan komandan  (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui.

Baca Juga :  Pengamalan Sila Ke 2

Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.

Pemerintah RIS menempuh dua cara untuk menumpas pemberontakan APRA di Bandung. yakni dengan cara melakukan sebuah tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda dan melakukan operasi militer.

Kemudian Perdana Menteri RIS Moh.Hatta telah mengutus beberapa pasukannya untuk pergi ke Bandung untuk mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta.

Maka dari perundingan tersebut menghasilkan bahwa Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung. Gerakan APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama rakyat, dan akhirnya gerakan APRA dapat ditumpas.

Nah demikianlah materi pembahasan kali ini tentang pemberontakan apra, semoga bermanfaat bagi sobat semua.

Artikel Lainnya :